Tuesday, May 10, 2011

Dipukul orang

Takut, sangat takut, sehingga menangis, yah begitulah yang saya alami ketika diri ini yang takpernah berkelahi tiba-tiba dipukul oleh seorang lelaki dewasa 40an tahun, lebih takut lagi yang mukul adalah orang yang tinggal persis di depan rumah. Dalam pikiran saya, kita ketemu setiap hari, lha kalo setiap ketemu mukul, habislah saya.

Ceritanya, saat saya baru menempati rumah baru, di perumahan baru (60 rumah) dengan hanya 15-20 rumah yang sudah dihuni. Saya tinggal seorang diri sejak seminggu lalu (teringat dulu 2005 saya yang masih bujang juga pernah jadi penghuni pertama selama sebulan di perumahan baru di Jogja aman-aman saja). Minggu lalu sudah kenalan dengan depan rumah tersebut, orangnya baik-baik saja. Minggu kedua, sore menjelang magrib, saya masuk rumah yang belum memiliki pagar dan garasi tsb. Saya masukkan beberapa barang belanjaan kedalam rumah.

Ada barang tersisa berupa beras 5kg yang masih ada di mobil, akhirnya saya keluar rumah untuk mengambilnya. Terlihat, orang depan rumah juga keluar dari pintu rumahnya. Sebagai tetangga, saya lambaikan tangan dan salam persahabatan karena lupa namanya hanya dengan kata “Bang”. Tak disangka, dia teriak-teriak seperti marah sangat dengan saya (takpaham marah karena apa, takpaham apa yang dia ucapkan), serta-merta dengan wajah penuh amarah dia lari mengejar kea rah saya dengan posisi siap memukul dengan sekuatnya.

Saya yang kaged dan tak paham masalah sebenarnya, takut dan bengong, ada apa ini… pukulan melayang ke arah wajah saya, syukur alhamdulillah beras 5kg di tangan bisa saya gunakan untuk tameng. Takpuas karena gak kena, dia semakin marah. Saya berusaha untuk menanyakan ada masalah apa sebenarnya, tapi dia gak tahu ngomong apa ditambah wajah garangnya yang dia perlihatkan. Saya semakin takut, dia beralih memegang kap mobil seperti mau mengupasnya dan melemparkan ke saya. Saya yang semakin takut, akhirnya lari meninggalkannya, nasib baik dia tak terus kejar saya.

Saya lari ke tetangga kiri rumah, selang 2 rumah ada beberapa orang perempuan Medan, ya baru sekali ketemu itu. Satu blok di jalan tersebut ada 24 rumah, tapi yang terisi baru 4 rumah (saya dan kiri tsb, depan dan kanannya selang 1 rumah), jadi praktis tak ada yang tahu kejadian tersebut kalo saya tak menuju ke orang Medan tsb. Saya ceritakan kepada mereka, mereka kaged dan turut prihatin, tapi mereka juga tidak kenal dan ikut takut juga.

Kejadian selanjutnya, setelah saya berani masuk rumah karena yang mukul dah balik, pemilik rumah dan anaknya datang setelah saya telpon. Kemudian dia cari keluarga depan rumah yang katanya juga tinggal takjauh dari situ. Kemudian ada 3 temen datang atas permintaan kawan lain yang dimintai tolong istri. Kemudian barulah kelegaan muncul, bapaknya orang depan rumah datang ke saya, meminta maaf dan mengatakan bahwa anaknya memang kadang kumat, tak sehat jiwanya, dan sekarang dia sudah dipindahkan dari rumah tersebut ke tempat yang lain untuk seterusnya. Alhamdulillah kekhawatiran2 ke depan akhirnya sirna walaupun tidak seketika, terbayang2 wajahnya …. hiii takuuut kalo mengingatnya.

1 comment: